Selasa, 23 Desember 2008

Apakah ada hubungan kebohongan dengan bentuk masyarakat tertentu?

Tidak ada masyarakat yang pernah diketahui, yang sama sekali terbebas dari bohong. Penelitian menunjukkan bahwa hampir semua bentuk masyarakat yang ada di dunia ini, terdapat perilaku bohong diantara anggota-anggotanya. Mengapa demikian?

Pertama, bohong tumbuh pada masyarakat yang memiliki perbedaan kelas-kelas sosial. Ada yang kaya, ada yang miskin. Ada yang menjadi atasan, ada yang menjadi bawahan. Ada yang berkuasa ada yang tidak, dan seterusnya. Selama ada kelas-kelas sosial tersebut, adalah muskil untuk meniadakan kebohongan. Kelas sosial berimplikasi pada munculnya beragam tata krama untuk menyesuaikan perilaku dengan kelas-kelas sosial yang ada. Seseorang dari kelas sosial rendah diharapkan berbeda dalam bersikap dan berperilaku menghadapi kelas sosial yang setara maupun yang lebih tinggi. Seorang bawahan diharapkan akan berbeda cara dalam menghadapi sesama bawahan dengan menghadapi atasan. Persetujuan lebih sering diberikan kepada atasan.

Perbedaan kelas sosial menunjukkan adanya hirarki. Seseorang yang lebih baik dari segi apapun, baik itu harta, pengetahuan, penampilan atau lainnya, tentu akan menempati hirarki lebih tinggi dibandingkan yang lain. Nah, agar seseorang menempati posisi lebih tinggi dalam hirarki maka orang-orang berupaya melakukan manajemen kesan supaya terlihat lebih baik.

Kedua, bohong tumbuh pada masyarakat yang relasi sosialnya terdapat dominasi. Seseorang tentu akan menghadapi yang lebih berkuasa dengan cara berbeda dengan ketika menghadapi yang kurang berkuasa. Jika Anda selalu membangkang yang berkuasa, bukankah Anda akan mendapat kesulitan? Pada saat seorang anak berbohong pada orangtuanya, tidak lain karena orangtua mempunyai dominasi kekuasaan. Sang anak khawatir akan mendapatkan hukuman dari orangtua jika mengatakan kebenaran, dan oleh karena itu diungkapkanlah kebohongan. Pada saat Anda berbohong pada penagih hutang, bukankah karena dalam hubungan itu, si penagih hutang adalah pihak yang dominan?

Ketiga, bohong tumbuh pada masyarakat yang mengajarkan kepatuhan. Setiap kepatuhan diharapkan maka juga melahirkan kebohongan. Pada masyarakat dimana tata aturan norma sangat berat dan dimana pelanggaran dijatuhi hukuman berat, bukankah menjadi wajar jika melakukan kebohongan untuk menghindari kesulitan?

Adakah bentuk masyarakat tanpa kebohongan? Pertanyaannya justru adakah masyarakat yang benar-benar setara, dimana tidak ada kelas sosial, tidak ada relasi yang mendominasi, tidak ada tata aturan norma yang mengikat kepatuhan? Sebab hanya masyarakat yang setara yang bisa menghindarkan terjadinya kebohongan.

Terdapat satu lagi bentuk masyarakat yang memungkinkan memunculkan perilaku bohong lebih sering, yakni masyarakat yang mengharapkan anggota-anggotanya menunjukkan perhatian lebih besar dalam bentuk dukungan sosial, dukungan emosional atau kepedulian. Pada bentuk masyarakat yang mengajarkan moral demikian itu, maka anggota-anggotanya akan berusaha sedapat mungkin mewujudkannya meskipun dalam bentuk kebohongan. Bukankah Anda akan disebut kurang ajar jika pada saat ada kematian tetangga, Anda menyetel musik keras-keras?! Bahkan meskipun Anda tidak turut berduka, Anda toh tetap harus menunjukkan perilaku berduka.

Budaya masyarakat Indonesia yang banyak menempatkan sopan santun dan unggah-ungguh atau tata krama dalam pergaulan memberikan pengaruh terhadap perilaku bohong. Misalnya budaya jawa yang melarang anak mengatakan tidak pada orangtuanya meskipun tidak menjalankan apa yang diperintahkan, jelas mendorong terjadinya perilaku bohong. Pada saat atasan Anda meminta Anda mencoba masakan buatannya, apakah Anda akan mengatakan tidak enak, meskipun Anda merasakannya tidak enak? Anda hanya diharuskan untuk mengatakan enak, meski toh sang atasan cukup menyadari bahwa masakannya memang tidak enak. Jadi, sebenarnya tidak ada ruginya mengatakan apa adanya. Tapi ya itu, demi tata krama, maka bohong mengatakan enak adalah yang paling lazim dilakukan.

0 komentar:


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Free Ebook