Rabu, 24 Desember 2008

Konflik dalam cinta

Anda pernah bertengkar dengan pasangan Anda? Anda pernah memarahinya atau Anda dimarahinya? Hampir semua pasangan pasti pernah mengalami konflik. Namun begitu, kebanyakan konflik antar pasangan sebenarnya hanyalah hal-hal kecil belaka. Ibarat kata, hanya kerikil yang menggelitik tapak kaki. Namun begitu, kadangkala konflik membahayakan hubungan cinta.

Terjadinya konflik cenderung semakin banyak seiring interaksi yang semakin erat, semakin banyak waktu yang dihabiskan bersama, dan semakin banyak kegiatan yang dilakukan bersama. Jarang ada yang berkonflik pada saat mulai membangun hubungan cinta. Justru setelah lama menjalin hubungan, konflik bisa sering muncul. Anda mungkin pernah mendengar keluhan tentang pasangan yang ketika pacaran tidak pernah bertengkar, tapi setelah menikah justru sering bertengkar. Sebenarnya hal itu wajar karena semakin kerapnya interaksi.

Berdasarkan sumber penyebabnya, konflik bisa dibedakan dalam 3 kelompok besar, yakni konflik yang bersumber dari perilaku spesifik pasangan, dari norma peran, dan karena disposisi pribadi. Sumber konflik karena perilaku spesifik pasangan misalnya bertingkah jorok, asusila, membuat malu, kecanduan narkoba, dan sebagainya. Termasuk di dalamnya adalah tidak mengikuti keinginan pasangan.

Konflik karena norma peran berkait hal-hal disekitar hak dan kewajiban pasangan yang terlibat. Jenis sumber konflik itu misalnya karena ingkar janji, kurang seimbangnya hubungan timbal balik (salah satu pihak merasa memiliki tugas yang lebih banyak), dan melalaikan tugas yang disepakati bersama. Affair atau selingkuh merupakan salah satu sumber konflik besar yang berasal dari norma peran.

Salah satu sumber konflik adalah karena adanya disposisi pribadi. Seseorang berperilaku khas dalam menanggapi perilaku pasangan. Mereka yang pemarah, akan selalu marah untuk hal-hal sepele misalnya lambat mencuci piring. Mereka yang berpikiran negatif akan selalu menilai negatif hal-hal yang dilakukan pasangan. Misalnya hanya karena ada sms mengatakan ‘apa kabar’, langsung dicemburui habis-habisan.

Apa yang harus dilakukan ketika menghadapi konflik dan apa yang tidak boleh dilakukan? Berikut tips dari Ian Gottlib dan Catherine Colby yang bisa Anda terapkan.

Apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak ketika terjadi konflik

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan
1. Memaafkan terlalu dini
2. Mengelakkan argumen, mendiamkan, atau melarikan diri diri dari masalah.
3. Menggunakan pengetahuan yang mendalam tentang pihak lain untuk menyerangnya secara curang dan mempermalukannya.
4. Menyertakan hal-hal yang tidak relevan.
5. Berpura-pura menyetujui tatkala memiliki rasa tidak suka.
6. Mengatakan pada orang lain bagaimana perasaan yng dimiliki oleh pihak lain (pasangan kita).
7. Menyerang secara tidak langsung dengan mengkritik seseorang atau sesuatu yang bernilai bagi pihak lain
8. Melemahkan pihak lain dengan secara intensif membuatnya gelisah.

Hal-hal yang harus dilakukan
1. Melawan secara pribadi, dan dijauhkan dari anak-anak.
2. Secara jelas mendefinisikan masalah dan mencoba mengulangi argumen pihak lain dalam kata-kata sendiri.
3. Mengungkapkan perasaan negatif dan positif yang dimiliki
4. Menerima dangan tulus umpan balik atas perilaku yang telah dilakukan.
5. Mengklarifikasi hal-hal mana saja yang disetujui dan tidak disetujui.
6. Mengajukan pertanyaan yang membantu pihak lain menemukan kata-kata untuk mengekspresikan apa yang jadi masalahnya.
7. Menunggu ledakan emosi spontan surut tanpa melakukan balas dendam.
8. Menawarkan saran positif untuk pengembangan bersama

0 komentar:


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Free Ebook