Selasa, 23 Desember 2008

Apa beda bohong, tipu, dusta, gombal, dan bual?

Ada beberapa kata dalam bahasa Indonesia yang memiliki kemiripan arti dengan bohong, misalnya tipu, dusta, gombal dan bual. Secara bergantian orang sering memakai kata-kata tersebut untuk hal yang sama. Misalnya ketika seorang pemuda berjanji akan datang membawakan bunga untuk gadis pujaannya namun tidak ditepati, maka cukup lazim jika si pemuda dikatakan ‘bohong’ atau ‘gombal’ atau ‘bual’. Kata ‘tipu’ dan ‘dusta’ sangat jarang digunakan.

Dalam kehidupan keseharian, kata tipu, biasa digunakan untuk seseorang yang mengatakan sesuatu tidak benar demi meraih keuntungan pribadi. Misalnya mengatakan jam yang dimiliki asli sehingga dijual dengan harga mahal. Padahal sesungguhnya jam tersebut merupakan barang palsu. Pada kasus semacam ini, meskipun kata bohong bisa dipakai, tapi yang paling lazim digunakan adalah tipu (kata kerjanya adalah menipu). Artinya, jelas ada perbedaan diantara kata-kata tersebut meskipun semuanya mengandung makna adanya sesuatu yang tidak sesuai dengan realitas yang terjadi atau diharapkan.

Kata ‘bohong’ (kata kerjanya adalah berbohong) cenderung digunakan untuk kasus-kasus yang bernuansa netral dan biasa. Sebaliknya kata ‘tipu’ biasa digunakan pada kasus-kasus yang cenderung menimbulkan kerugian pihak yang dibohongi atau yang ditipu. Nuansanya cenderung lebih suram atau berbau kriminalitas daripada kata ‘bohong’. Kata ‘tipu’ juga cenderung menyatakan kasus dimana ada seseorang yang mengingkari kesepakatan atau perjanjian. Misalkan Ita mengatakan akan membayar tunai motor Supra X milik Bejo kurang dari 4 jam dengan nilai Rp. 5 juta. Setelah 4 jam ternyata Ita tidak muncul dan malah melarikan motor Bejo. Pada kasus ini, kata ‘tipu’ paling tepat digunakan.

Kata ‘dusta’ (kata kerjanya adalah berdusta) memiliki arti sedikit rumit. Kata ini sepertinya digunakan untuk bohong yang sangat berat jika ditimbang secara moral. Kata ‘dusta’ cenderung digunakan pada saat bohong dilakukan, sekaligus adanya pengingkaran terhadap sesuatu yang diyakini benar oleh umumnya masyarakat. Misalnya kalimat “ia mendustai agama”, dimaksudkan adanya pengingkaran kebenaran agama yang dianggap mutlak. Seseorang yang dikatakan berdusta seolah-olah telah melakukan tingkat penyimpangan lebih besar dari sekedar bohong biasa.

Bagaimana dengan kata bual? Terkesan kata ‘bual’, yang merupakan bohong juga, adalah versi lain kata ‘bohong’ untuk peristiwa yang sama sekali kurang penting atau tidak dianggap penting dan tidak pula dianggap serius. Seseorang yang mengaku-ngaku pernah bertamasya ke Antartika, padahal ke kota saja belum pernah, jarang akan dikatakan bohong, lebih mungkin jika dikatakan ‘bual’ sebab kebohongan itu tidak mempengaruhi apa-apa dan malah terdengar bodoh.

Kata ‘gombal’ (kata kerjanya adalah menggombal) memiliki makna agak menyimpang dari kata-kata yang lain. Kata ini cenderung digunakan untuk mengatakan sesuatu melebihi dari porsi sewajarnya dan juga adanya pengingkaran janji. Misalnya, Doni berjanji akan datang apel setiap malam Minggu, selalu membawakan cokelat terbaik, dan mengajak Tita, pacarnya, keliling kota. Kenyataannya tidak demikian. Doni selalu enggan apel apalagi keliling kota, dan boro-boro membawa cokelat. Dalam kasus cokelat ini, Doni dikatakan gombal.

Penggunaan kata-kata di atas, baik bohong, dusta, tipu, gombal maupun bual, sejatinya terserah selera pemakai. Namun demikian tampaknya ada kesepakatan khusus dimana kata tertentu lebih cocok diterapkan. Nuansa konotatif dari masing-masing kata tersebut tampaknya juga berlainan. Jika diurutkan dari yang berkonotasi kurang negatif sampai paling negatif berturut-turut adalah bual-bohong-dusta-tipu, sementara gombal bisa diletakkan sebelum atau sesudah bual.

0 komentar:


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Free Ebook