Selasa, 23 Desember 2008

Adakah orang yang tidak pernah berbohong?

Mari mengajukan pertanyaan sederhana: Adakah seseorang yang tidak pernah berbohong selama hidupnya? Rasa-rasanya kita akan bersepakat dengan jawaban ‘tidak ada’. Saya hampir yakin bahwa semua orang pernah berbohong, minimal sekali dalam hidupnya. Dan jujur saja, saya pernah berbohong. Bagaimana dengan Anda? Maukah kali ini jujur menjawab pertanyaan saya? Apakah Anda pernah berbohong? Tidak... tidak saya tidak sedang mencoba ‘membongkar’ kepribadian Anda. Bukan juga bermaksud menyepelekan taraf moralitas Anda, tapi saya kok, 90% yakin kalau Anda pernah berbohong.

Apakah Anda pernah berniat membohongi seseorang untuk menghindari kesulitan yang datang pada Anda? Misalnya Anda mengatakan tidak memiliki uang pada saat seorang teman ingin meminjam uang. Anda tahu akan kesulitan menagihnya jika teman Anda itu dipinjami. Tapi mengapa harus berbohong mengatakan tidak memiliki uang, kenapa tidak jujur saja mengatakan keberatan meminjamkan uang karena tidak percaya padanya? Apakah Anda takut menyakiti perasaannya sehingga Anda berbohong tidak punya uang? Mungkin saja Anda sangat percaya bahwa teman Anda pasti akan mengembalikan uang yang dipinjam, tapi Anda hanya memiliki sedikit uang yang apabila dipinjamkan maka akan mengalami kesulitan. Apa yang akan Anda lakukan? Mengatakan sejujurnya bahwa memiliki uang tapi tidak bisa dipinjamkan atau mengatakan tidak memiliki uang? Mana pilihan Anda?

Apakah Anda pernah menjenguk orang sakit parah dan mengatakan, “Anda akan segera sembuh”, padahal Anda tahu si sakit akan lama sembuh. Jika ya, maka Anda telah berbohong. Rasanya kok jarang yang mau mengatakan, “Anda akan sembuh dalam jangka waktu amat lama.” Demi menenangkan hati si sakit maka diucapkanlah perkataan bohong itu.

Apakah Anda sering memuji seseorang? Nah, ingat-ingatlah apakah pujian Anda itu benar-benar berlandaskan fakta yang Anda yakini benar atau kebohongan demi menyenangkan seseorang? Anda mungkin akan mengatakan baju yang dipakai pacar Anda sangat bagus padahal Anda menilainya norak. Anda mungkin akan mengatakan teman Anda brilian, tapi dalam hati diam-diam Anda mengatakan ‘dongok’. Apabila diminta mengomentari cara berpakaian seseorang, calon mertua misalnya, apa yang akan Anda katakan? Saya agak yakin kalau Anda akan mengatakan bagus meskipun Anda menilainya jelek.

Ingatlah hari-hari yang telah Anda lalui. Anda akan mengingat kebohongan yang telah Anda lakukan, mungkin malah cukup sering. Sebagian dari kebohongan itu membuat Anda merasa bersalah seperti berbohong tidak selingkuh padahal selingkuh. Sebagian yang lain membuat Anda merasa lega seperti berbohong mengatakan masakan pacar enak padahal asin minta ampun. Beberapa kebohongan malah tidak disadari seperti memberi semangat si sakit. Pendek kata, setiap hari kita dihadapkan pada situasi yang memberikan peluang untuk berbohong.

Kaum muslim meyakini 100% bahwa nabi Muhammad adalah sejujur-jujurnya manusia. Namun toh beliau tahu bahwa kebohongan adalah bagian dari hidup manusia. Buktinya, meskipun mengutuk kebohongan, kelonggaran untuk berbohong tetap diberikan. Menurut Beliau, berbohong untuk kebaikan itu boleh dan sah. Hanya saja sejauh mungkin diupayakan untuk tidak berbohong. Ini artinya Beliau menyadari memang sungguh sulit untuk sama sekali tidak berbohong sepanjang hayat. Kiranya hanya orang-orang suci yang bisa melakukannya. Jadi ini menambah keyakinan saya untuk menyimpulkan nyaris tidak ada manusia yang tidak pernah berbohong dalam hidupnya. Oleh karena itu pertanyaan yang paling tepat untuk diajukan bukannya apakah Anda pernah berbohong, tapi kapan Anda berbohong dan apa kebohongan Anda.

0 komentar:


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Free Ebook